Setelah Munculnya Keteledoran Penyedia Makanan Grartis
PALANGKA RAYA – Temuan ulat pada lauk ikan makan siang program makan bergizi gratis (MBG) di MTsN 1 Palangka Raya baru-baru ini kembali memicu kekhawatiran atas keamanan pangan yang dikonsumsi para siswa di sekolah.
Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palangka Raya Khemal Nasery menilai, insiden tersebut menjadi bukti kurangnya pengawasan terhadap kontrol mutu, agar menu MBG benar-benar aman dikonsumsi anak-anak penerima manfaat.
Dia menegaskan, makanan untuk siswa seharusnya melalui proses pengecekan berlapis, mulai dari pemilihan bahan baku, kebersihan dapur, hingga pengemasan sebelum dibagikan ke sekolah-sekolah.
“Anak sekolah tidak boleh jadi korban kesembronoan. Harus ada sanksi tegas bagi penyedia yang lalai, dan sistem pengawasan harus diperbaiki total. Kita tidak bicara soal sekadar kualitas rasa, tapi soal keamanan pangan,” kata Khemal Nasery, Jumat (14/11/2025) lalu.
Khemal juga menyebutkan bahwa keamanan pangan merupakan aspek fundamental dalam penyelenggaraan MBG. Ia menilai insiden tersebut tidak bisa dianggap sebagai kesalahan kecil, tetapi bentuk kelalaian serius yang dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Politikus asal Partai Golkar itu mendesak pemerintah melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh rantai produksi makanan, mulai dari kebersihan peralatan, kualitas ikan dan bahan lainnya, hingga prosedur sortir dan kontrol mutu sebelum makanan dikirim ke sekolah.
Dewan juga meminta Pemerintah Kota Palangka Raya menjadikan kasus tersebut sebagai momentum untuk memperketat standar pelaksanaan program MBG, termasuk melakukan inspeksi mendadak, audit dapur, serta evaluasi kontrak dengan pihak penyedia untuk mencegah kejadian serupa terulang. (ter/ens)
