Feature

Manfaat Limbah Plastik, Menata Kota dari Sampah

321
×

Manfaat Limbah Plastik, Menata Kota dari Sampah

Sebarkan artikel ini
DAUR ULANG: Peleburan sampah plastik pada cetakan paving block di PDU sampah, Jalan Wortel, Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, beberapa waktu lalu. FOTO RADAR KALTENG

Paving Block, Hasil Daur Ulang di Palangka Raya

Suara mesin pencacah mulai meraung di sudut Jalan Wortel, Kelurahan Panarung, Kota Palangka Raya. Di halaman yang tak terlalu luas itu, beberapa pekerja mengenakan sarung tangan tebal dan masker, menimbang potongan plastik warna-warni sebelum dimasukkan ke tungku peleleh. Aroma khas plastik yang dipanaskan tercium di udara. Bukan sekadar bau sampah, tapi tanda perubahan sedang bekerja.

RICKY THEODORUS, Palangka Raya

ITULAH Pusat Daur Ulang (PDU) milik Pemerintah Kota Palangka Raya. Dari tempat sederhana ini, sampah plastik yang dulu dianggap musuh lingkungan, kini menjelma menjadi paving block bahan bangunan yang kuat, padat, dan tak berbau. Hasil inovasi ini bukan hanya mempercantik wajah kota, tapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah.

“Dulu plastik seperti ini menumpuk di TPA, sulit diurai, dan tak punya nilai jual. Sekarang, dari tumpukan itu, lahir produk yang bermanfaat,” kata Sahdin Hasan, Juru Bicara Wali Kota Palangka Raya, sambil memperlihatkan tumpukan paving berwarna abu kehitaman.

PDU yang dikelola bersama Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya ini memanfaatkan teknologi sederhana namun efektif. Setiap hari, sekitar 150 buah paving block dihasilkan dari limbah plastik bernilai rendah, botol air mineral, bungkus makanan, hingga kantong kresek.

Dengan harga hanya Rp 3.000 per buah, paving block itu kini menjadi bagian dari infrastruktur kota. Lebih dari sekadar produk, ini adalah hasil nyata dari kolaborasi dan kepedulian.

“Di sini, sampah plastik bukan lagi masalah, tapi peluang,” ungkap Robby Sarwo Prasojo, Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Terpadu (PST) Kecamatan Pahandut dan Sabangau. Ia menambahkan, paving berbahan plastik daur ulang telah terpasang di Jalan Gelatik, menggunakan sekitar 13 ribu batang paving setara dengan 19 ton sampah plastik yang berhasil diolah.

Bagi Robby dan timnya, setiap batang paving bukan sekadar produk, tapi simbol perubahan kecil yang berdampak besar. Mereka melihat harapan di setiap kepingan limbah yang diolah, lapangan kerja yang terbuka, dan lingkungan yang sedikit lebih bersih setiap harinya.

Beberapa waktu lalu, Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin bersama Wakil Wali Kota Achmad Zaini meninjau langsung proses produksi di lokasi. Dengan mengenakan helm proyek dan rompi kuning, keduanya menyimak penjelasan para pekerja sambil sesekali mengangkat satu potong paving block dari meja pendingin.

“Kami ingin pembangunan tidak hanya berjalan sesuai standar, tapi juga memberi manfaat nyata bagi lingkungan dan masyarakat,” kata Fairid. “Setiap inovasi seperti ini membawa kita selangkah lebih dekat pada kota yang bersih dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Capaian Palangka Raya dalam pengelolaan sampah memang patut diapresiasi. Pada 2024, kota ini dinobatkan sebagai yang terbaik se-Kalimantan dalam pengelolaan sampah, dengan tingkat penanganan 71,08 persen dari total timbulan 58.491 ton.

Kini, ketika orang melintasi jalan berpaving di beberapa sudut kota, mungkin tak banyak yang tahu bahwa di bawah kaki mereka terbentang kisah tentang perubahan, tentang plastik yang diselamatkan dari tempat pembuangan. Tentang tangan-tangan yang bekerja dalam diam, dan tentang keyakinan bahwa sampah bukan akhir dari sesuatu, melainkan awal dari hal yang lebih berarti. (ter/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *