Selain Faktor Cuaca, Diduga Ada Permainan Tengkulak Pemkab Kapuas Berupaya Stabilkan Harga di Pasaran
KUALA KAPUAS – Fenomena anjloknya harga cabai di tingkat petani hingga muncul video warga yang mencabuti tanaman cabai menjadi sorotan publik.
Kondisi tersebut diduga dipicu dua faktor utama. Yakni dampak cuaca ekstrem yang mengganggu produksi dan adanya permainan harga oleh tengkulak di lapangan.
Sebuah vidio aksi frustrasi sejumlah petani di Kabupaten Kapuas yang menghamburkan cabai hasil panen dan mencabuti tanaman mereka sempat viral.
Aksi tersebut diakibatkan harga jual cabai di tingkat petani jatuh diangka Rp 15 ribu per kg. Harga ini dinilai jauh dengan nilai produksi (HPP) dan tidak sebanding dengan jerih payah yang dikeluarkan oleh para petani.
Anjloknya harga jual ini membuat petani mengalami kerugian besar, yang membuat petani mengambil tindakan nekat dengan membuang hasil panen dan merusak tanaman mereka.
Fenomena ini menjadi sorotan tajam karena menggambarkan rentannya komoditas pangan di wilayah setempat. “Kami para petani berharap pak bupati, gubernur dan menteri, agar segera turun tangan dan menstabilkan harga jual cabai ini,” ujar salah satu petani dalam vidio yang beredar.
Mereka berharap ada langkah strategis dari pemerintah seperti mengontrol tata niaga, menekan produk dari luar saat musim panen, atau penyerapan dari instansi terkait supaya harga komoditas kembali wajar dan menguntungkan.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Kapuas Anita Sumarni Muldhani menjelaskan, perbedaan harga antara tingkat petani dan pasar disebabkan rantai distribusi yang panjang.
Selain itu, peran oknum perantara seperti tengkulak dan pedagang besar yang mengambil margin keuntungan di setiap jenjang turut memperparah ketimpangan harga. “Selain faktor distribusi, pasokan cabai dari luar Kapuas juga mempengaruhi harga lokal. Cuaca yang tidak menentu membuat sebagian petani gagal panen, sehingga stok menurun di satu sisi, sementara harga di pasaran justru dimainkan pihak-pihak tertentu,” ujar Anita.
Ia menambahkan, pemerintah daerah melalui Disperindagkop dan Dinas Pertanian akan berkoordinasi untuk memberikan pendampingan intensif kepada petani.
Langkah tersebut meliputi pengaturan pola tanam agar panen tidak bersamaan, serta upaya membangun sistem pemasaran langsung agar petani tidak terlalu bergantung pada tengkulak.
“Pendampingan penyuluh pertanian dan sistem informasi harga yang lebih transparan sangat dibutuhkan agar petani bisa menentukan waktu tanam dan jual yang tepat,” terangnya.
Sementara itu, pedagang cabai di Pasar Kapuas Ajung menyebut, harga cabai di tingkat eceran kini berkisar Rp 18.000 hingga Rp 25.000 per kilogram. “Harga sebelumnya sekitar Rp 18.000, sekarang naik jadi Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per kilogram. Kami masih ambil cabai dari daerah Kapuas seperti Lamunti dan Salagon,” tuturnya.
Pemerintah daerah kini tengah menyiapkan langkah koordinatif lintas instansi untuk menstabilkan harga, sekaligus memastikan rantai distribusi tidak dikuasai oknum yang merugikan petani. (alx/ens)












