PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah (Kalteng), Suyuti Syamsul, melalui Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kalteng, dr. Damar Pramusinta, menyampaikan tantangan besar dalam merekrut dan mempertahankan dokter spesialis di rumah sakit (RS) daerah.
Menurut dr. Damar, sejumlah faktor menjadi kendala utama, termasuk biaya pendidikan dokter spesialis yang tinggi, jumlah dokter spesialis yang terbatas serta rendahnya minat dokter untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
“Banyak dokter spesialis lebih memilih praktik mandiri atau bekerja di rumah sakit swasta, karena kompensasi dan insentif yang lebih menarik,” jelas dr. Damar, belum lama ini.
Faktor geografis juga menjadi hambatan. Rumah sakit yang berlokasi di daerah terpencil cenderung sulit menarik dokter spesialis untuk bertugas. Selain itu, keterbatasan fasilitas, infrastruktur, dan budaya organisasi yang kurang mendukung turut memengaruhi keputusan dokter untuk tetap bertugas di rumah sakit daerah.
Dampak keterbatasan dokter spesialis ini, menurut dr. Damar, langsung dirasakan oleh pasien.
“Waktu tunggu pasien untuk mendapatkan layanan medis menjadi lebih lama. Keterlambatan diagnosis dan pengobatan juga berpotensi meningkatkan risiko komplikasi, menurunkan kepuasan pasien, dan menambah beban kerja staf kesehatan lainnya,” ungkapnya.
Dinkes Kalteng tengah berupaya mencari solusi, termasuk memberikan insentif lebih menarik dan meningkatkan fasilitas rumah sakit daerah, agar dokter spesialis mau bertugas lebih lama di wilayah ini.
“Upaya ini penting agar masyarakat Kalteng tetap mendapatkan layanan kesehatan berkualitas tanpa harus menunggu lama,” pungkas dr. Damar. (ifa/abe)
