Kesehatan

Mengenal ADHD : Mulai dari Penyebab, Gejala, hingga Penanganannya

58
×

Mengenal ADHD : Mulai dari Penyebab, Gejala, hingga Penanganannya

Sebarkan artikel ini
SUMBER : JAWA.POS

 ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian, perilaku impulsif, serta tingkat aktivitas fisik yang berlebihan. Kondisi ini dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengganggu hubungan sosial penderitanya.

ADHD bukan sekadar masalah kurang fokus, melainkan gangguan yang memengaruhi cara otak mengatur perhatian dan perilaku. Kondisi ini biasanya dipicu oleh perpaduan faktor keturunan dan gangguan pada fungsi otak, yang berperan dalam mengatur fokus, perilaku, serta kemampuan mengendalikan dorongan impulsif.

Kondisi ini biasanya mulai terlihat sejak masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa. Gejala ADHD sering kali dianggap hanya sebagai tanda anak yang aktif atau susah diatur, sehingga kondisi ini kerap terlambat dikenali maupun ditangani dengan tepat.

Penyebab ADHD

Hingga kini, para ahli belum dapat memastikan penyebab ADHD secara pasti. Namun, gangguan mental ini diyakini berkaitan dengan ketidakseimbangan neurotransmitter atau senyawa kimia di otak.

Dikutip dari Halodoc, faktor penyebab seperti genetik menjadi satu-satunya penyebab utama terjadinya ADHD. Selain itu, kondisi ini cenderung menurun dalam keluarga. Pada banyak situasi, para ahli meyakini bahwa faktor genetik dari salah satu atau kedua orang tua berperan besar dalam munculnya gangguan ini.

Faktor penyebab berikutnya adalah perbedaan struktur otak. Penelitian dengan pemindaian otak, menemukan adanya perbedaan struktur dan fungsi otak pada penderita ADHD dibandingkan dengan orang tanpa kondisi tersebut.

Beberapa area otak terlihat lebih kecil atau justru lebih besar, serta diduga terjadi ketidakseimbangan kadar neurotransmitter. Selain itu, ada kemungkinan bahwa bahan kimia otak tersebut tidak bekerja secara optimal.

Selain itu, faktor penyebab yang terakhir adalah paparan zat kimia selama masa kehamilan. Para ahli menduga adanya kaitan antara ADHD dengan paparan bahan kimia beracun, seperti timbal dan pestisida tertentu.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan bahan kimia seperti timbal dapat memengaruhi kemampuan belajar anak. Sementara itu, pestisida yang umumnya digunakan dalam pertanian juga diduga berhubungan dengan gangguan saraf anak.

Faktor penyebab berikutnya adalah perbedaan struktur otak. Penelitian dengan pemindaian otak, menemukan adanya perbedaan struktur dan fungsi otak pada penderita ADHD dibandingkan dengan orang tanpa kondisi tersebut.

Beberapa area otak terlihat lebih kecil atau justru lebih besar, serta diduga terjadi ketidakseimbangan kadar neurotransmitter. Selain itu, ada kemungkinan bahwa bahan kimia otak tersebut tidak bekerja secara optimal.

Selain itu, faktor penyebab yang terakhir adalah paparan zat kimia selama masa kehamilan. Para ahli menduga adanya kaitan antara ADHD dengan paparan bahan kimia beracun, seperti timbal dan pestisida tertentu.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan bahan kimia seperti timbal dapat memengaruhi kemampuan belajar anak. Sementara itu, pestisida yang

Gejala ADHD Pada Penderitanya

ADHD ditandai dengan gangguan dalam memfokuskan perhatian, disertai perilaku hiperaktif serta cenderung impulsif. Dikutip dari Alodokter, anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukan 2 tipe gejala.

Tipe yang pertama adalah gejala sulit fokus, seperti kurang fokus dalam mengerjakan sesuatu, perhatiannya mudah teralihkan, kurang memperhatikan saat diberi penjelasan, ceroboh dan tidak memperhatikan detail-detail kecil.umumnya digunakan dalam pertanian juga diduga berhubungan dengan gangguan saraf anak.

SUMBER : JAWA.POS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kesehatan

Kebiasaan jajan merupakan bagian dari keseharian anak-anak Indonesia, baik di lingkungan sekolah maupun sekitar rumah. Jajanan dipilih karena mudah didapat, terjangkau, dan menarik secara visual maupun rasa. Namun, perilaku jajan anak sering kali belum disertai pemahaman yang cukup tentang keamanan pangan yang dikonsumsi. Sebagian besar anak memilih jajanan berdasarkan rasa dan tampilan tanpa memperhatikan kebersihan, kandungan bahan tambahan, atau informasi pada label kemasan. Selain itu, kebiasaan jajan juga berdampak pada lingkungan, terutama dari sisi sampah plastik kemasan pasca-konsumsi. Oleh karena itu, diperlukan edukasi berkelanjutan agar anak-anak dapat menjadi konsumen yang lebih sadar, bijak dalam memilih jajanan, dan peduli terhadap kelestarian bumi….