Pendidikan

Kolaborasi Jawab Kesenjangan Teori dan Kebutuhan Industri

28
×

Kolaborasi Jawab Kesenjangan Teori dan Kebutuhan Industri

Sebarkan artikel ini
FOTO : NET

 Dunia industri energi dan otomasi bergerak semakin cepat, sementara pendidikan tinggi di Indonesia masih berjuang mengejar ketertinggalan. Salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan antara teori akademik yang diajarkan di kampus dengan kebutuhan nyata di lapangan kerja. 

Akibatnya, banyak lulusan teknik yang masih harus melalui pelatihan tambahan begitu masuk ke industri karena keterampilan praktis mereka belum sesuai dengan standar industri.

Isu ini makin mendesak seiring percepatan transformasi energi dan pengembangan smart grid di Indonesia. Industri membutuhkan talenta teknik yang mampu mengoperasikan sistem otomasi, proteksi jaringan, dan manajemen energi berbasis digital, bukan hanya menguasai teori. 

Namun, laboratorium di banyak perguruan tinggi masih terbatas, sehingga mahasiswa jarang bersentuhan dengan perangkat yang benar-benar digunakan di sektor energi modern.Isu ini makin mendesak seiring percepatan transformasi energi dan pengembangan smart grid di Indonesia. Industri membutuhkan talenta teknik yang mampu mengoperasikan sistem otomasi, proteksi jaringan, dan manajemen energi berbasis digital, bukan hanya menguasai teori. 

Namun, laboratorium di banyak perguruan tinggi masih terbatas, sehingga mahasiswa jarang bersentuhan dengan perangkat yang benar-benar digunakan di sektor energi modern.

Untuk menjembatani kesenjangan itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya memperkuat fasilitas pendidikannya lewat kolaborasi dengan Siemens Indonesia. Dibuktikan dengan Siemens menyerahkan peralatan senilai Rp 920 juta berupa Relay Protection Control (RCP) SAS lengkap dengan Programmable Logic Controller (PLC) dan sistem proteksi relai, teknologi yang umum dipakai dalam industri otomasi dan energi global.

Menurut Kepala Departemen Teknik Elektro ITS, Ronny Mardiyanto, kehadiran peralatan tersebut akan mengubah cara belajar mahasiswa. “Kolaborasi ini meningkatkan daya saing mahasiswa dengan membekali mereka keterampilan mutakhir, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata bagi industri dan masyarakat,” ujar dia melalui keterangannya, Senin (29/9).

CEO Siemens Indonesia, Surya Fitri, menekankan bahwa kemitraan ini bukan sekadar hibah. “Kami fokus pada elektrifikasi hijau, kota pintar, dan keberlanjutan. Melalui kerja sama ini, dosen dan mahasiswa dapat mengakses aplikasi dunia nyata yang relevan dengan kebutuhan energi masa depan,” katanya.

SUMBER : JAWA.POS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *