Isen MulangKalimantan Tengah

Hidroponik Inovatif Hadapi Tantangan Pangan dan Keterbatasan Lahan

41
×

Hidroponik Inovatif Hadapi Tantangan Pangan dan Keterbatasan Lahan

Sebarkan artikel ini
PRAKTIK: Siswa SMK Katingan Kuala melaksanakan magang praktik lapangan selama 6 bulan (Juli sampai Desember 2025) di UPT BPPB TPH.Foto: IST

PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Rendy Lesmana menegaskan, komitmen pemerintah provinsi dalam mendorong pemanfaatan teknologi pertanian modern, khususnya sistem hidroponik, sebagai solusi inovatif dalam menghadapi tantangan pangan dan keterbatasan lahan.

“Teknologi hidroponik ini bukan hanya tentang cara bertanam modern, tapi juga membuka akses masyarakat, terutama generasi muda, untuk memahami pentingnya pertanian berkelanjutan. Ini bisa menjadi solusi nyata untuk memanfaatkan lahan sempit di perkotaan, bahkan di halaman rumah,” ujar Rendy.

Ia menambahkan, sistem hidroponik sangat cocok diterapkan di Kalteng yang memiliki tantangan geografis tertentu. Selain hemat air dan lahan, metode ini mampu menghasilkan sayuran segar, higienis dan berkualitas tinggi.

“Kami ingin peserta magang tidak hanya belajar menanam, tetapi juga memahami pentingnya inovasi dan keberlanjutan dalam pertanian. Dari sinilah ketahanan pangan berbasis keluarga bisa tumbuh,” tambahnya.

Kegiatan magang ini merupakan bagian dari peran UPT BPPB-TPH sebagai pusat edukasi, pelatihan, dan informasi teknologi perbenihan. Di lokasi yang beralamat di Jalan Tjilik Riwut Km 3, Palangka Raya, para peserta magang melakukan praktik pindah tanam bibit pakcoy menggunakan sistem hidroponik.

Kepala UPT BPPB-TPH, Isnawati, menjelaskan bahwa masa magang berlangsung selama tiga hingga enam bulan, disesuaikan dengan ketentuan masing-masing lembaga pendidikan. 

“Kami ingin peserta merasakan langsung prosesnya dari penyemaian benih hingga panen. Teknologi seperti kultur jaringan dan hidroponik kami kenalkan secara langsung,” ujar Isnawati.

Salah satu peserta magang, Jastana Jariah, menjelaskan proses yang mereka jalani. 

“Bibit pakcoy awalnya disemai di rockwool, lalu dipindahkan ke netpot dan dimasukkan ke lubang pipa hidroponik. Kami belajar sambil praktik langsung,” katanya.

Dengan adanya program ini, Dinas TPHP berharap lebih banyak generasi muda terlibat dalam dunia pertanian, khususnya dalam mengembangkan metode bertani yang adaptif, produktif dan ramah lingkungan. (ifa/abe)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *