Pendidikan

Unusa Beri Kesempatan Luas Lewat KIP Kuliah

40
×

Unusa Beri Kesempatan Luas Lewat KIP Kuliah

Sebarkan artikel ini
FOTO : NET

 Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terus menunjukkan komitmennya sebagai perguruan tinggi yang berdampak dan inklusif. Tahun akademik 2025–2026 ini, Unusa untuk pertama kalinya memberikan kuota beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Rektor Unusa Prof. Ir. Achmad Jazidie menegaskan bahwa kuota KIP-K berbeda pada tiap perguruan tinggi dan ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). “Menjadi kebanggaan bagi Unusa bisa memfasilitasi para penerima KIP-K untuk belajar di kedokteran, yang mana kita ketahui memerlukan biaya tidak sedikit,” ujarnya usai pengukuhan mahasiswa baru.

“Ini yang pertama kali di Unusa, dan mungkin juga tidak banyak perguruan tinggi swasta yang mampu memberikan kesempatan penerima KIP-K di fakultas kedokterannya,” tambahnya.

Tahun ini, Unusa menerima sekitar 4.875 mahasiswa baru, dengan 1.875 di antaranya mahasiswa non-PPG termasuk ratusan penerima KIP-K. Angka ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar 1.400 mahasiswa non-PPG.

“Kami sangat bersyukur dengan capaian ini. Mudah-mudahan kepercayaan masyarakat dapat kami emban dengan baik, dalam arti kami bisa menjalankan fungsi perguruan tinggi dengan baik, mempersiapkan generasi rahmatan lil alamin bagi negara, bangsa, dan umat manusia,” kata Prof. Jazidie.

Kisah Para Penerima KIP-K Kedokteran

Dari lima mahasiswa penerima KIP-K di Fakultas Kedokteran, kisah perjuangan mereka menghadirkan inspirasi.

Putri Yanti, asal Muara Enim, Sumatera Selatan, mengaku sempat gagal di berbagai jalur seleksi nasional maupun mandiri, hingga akhirnya bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. “Ibu saya pedagang, penghasilannya tidak menentu. Saya sempat bekerja, tapi akhirnya berhenti untuk fokus persiapan SNBT. Sayangnya, tidak lolos juga,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca. Berkat KIP-K di Unusa, Putri kini kembali menata harapannya untuk mewujudkan cita-cita menjadi dokter spesialis kandungan.

Cerita lain datang dari Anjhely Andreani, mahasiswi asal Prabumulih, Sumatera Selatan. Minimnya layanan kesehatan di daerah asalnya membuat tekadnya semakin kuat. “Di kecamatan tempat saya tinggal, jumlah penduduk ribuan, tapi hanya ada satu dokter. Bahkan jumlah bidan pun terbatas, hanya dua orang untuk satu desa,” ucapnya.

Sementara itu, Zahrotul Aini dari Situbondo, Jawa Timur, tergerak menjadi dokter setelah sang ibu divonis hiperglikemia. “Sejak saat itu saya semakin bertekad untuk menjadi dokter, agar bisa membantu ibu saya dan masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Kisah mereka menjadi potret nyata bagaimana kesempatan dari program KIP-K mampu membuka jalan bagi generasi muda yang berangkat dari keterbatasan.

SUMBER : JAWA.POS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *