Utama

50 Kasus HIV di Kotim, Didominasi Usia Produktif

87
×

50 Kasus HIV di Kotim, Didominasi Usia Produktif

Sebarkan artikel ini
Asyikin Arpan

SAMPIT – Ancaman HIV/AIDS di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kian mengkhawatirkan. Hingga Juni 2025, tercatat sudah 50 warga dinyatakan positif terinfeksi. Ironisnya, mayoritas penderita justru berasal dari kelompok usia produktif yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga maupun daerah.

Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kotim Asyikin Arpan mengungkapkan, dari 50 kasus tersebut, 31 orang berada pada rentang usia 25–49 tahun. Sementara itu, enam kasus ditemukan pada usia 20–24 tahun, empat kasus pada remaja 15–19 tahun, dan lima kasus pada usia di atas 50 tahun.

“Penularan masih didominasi hubungan seksual berisiko, terutama perilaku seks tidak aman. Kasus terbanyak memang terjadi pada usia produktif,” jelas Asyikin, Selasa (26/8/2025).

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan disebut menjadi salah satu pemicu semakin bertambahnya jumlah kasus. Ditambah lagi, pemahaman soal cara penularan HIV belum merata di masyarakat.

Padahal, menurut Asyikin, semakin cepat seseorang terdeteksi, maka semakin besar peluang untuk tetap bisa hidup sehat dengan pengobatan rutin.

Saat ini, KPA Kotim bersama rumah sakit melakukan pendampingan bagi orang dengan infeksi virus (ODIV) melalui terapi antiretroviral (ARV). Obat ini harus diminum seumur hidup secara teratur untuk menjaga daya tahan tubuh pasien.

“ODIV dipantau setiap bulan oleh petugas penjangkau yang bekerja sama dengan rumah sakit. ARV sangat penting agar mereka tetap bisa hidup sehat dan produktif,” ujarnya.

Selain penanganan medis, KPA juga gencar melakukan sosialisasi pencegahan. Edukasi tentang HIV/AIDS disampaikan melalui berbagai kegiatan kepemudaan, mulai dari masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), paskibraka, hingga penyuluhan bahaya narkoba. “Generasi 15–24 tahun harus mendapat informasi sejak dini, supaya tidak terjerumus dalam perilaku berisiko,” tegasnya.

Asyikin menambahkan, upaya melawan HIV/AIDS tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah dan tenaga kesehatan. Dukungan masyarakat menjadi faktor kunci menekan laju penyebaran.

“Pola hidup sehat, setia pada pasangan, serta keberanian memeriksakan diri jika merasa berisiko adalah langkah penting dalam pencegahan,” tandasnya. (pri/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *