Feature

Kisah Cinta Sahawung dan Bulan Berakhir Sedih

97
×

Kisah Cinta Sahawung dan Bulan Berakhir Sedih

Sebarkan artikel ini
PENGHARGAAN: Damai Dewal selaku penulis cerita legenda Danum Tawah menerima penghargaan saat perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas, beberapa waktu lalu. FOTO HUMAS UNTUK RADAR KALTENG

Lagenda Danum Tawah dari Desa Mahuroi (1)

Cerita rakyat dari Kalimantan Tengah (Kalteng) sering dikaitkan dengan mistis karena mengandung unsur makhluk gaib, kejadian supranatural, dan kepercayaan masyarakat lokal, terhadap hal-hal di luar nalar.

SEPANYA, Kuala Kurun

SEPERTI legenda Danum Tawah yang pernah diceritakan di Desa Mahuroi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah. Dari desa itu, ada sebuah kisah yang diceritakan orang tua zaman dulu yang masih diingat sampai sekarang. Legenda ini diceritakan oleh Damai Dewal Singa Banjang, seorang penulis cerita legenda yang pernah membawanya mendapat penghargaan pada perayaan HUT ke-80 RI, beberapa waktu lalu. Cerita itu disampaikanDamai Dewal Senin (25/8/2025) lalu.

Damai Dewal menuturkan, lagenda ini berawal dari kisah cinta antara Sahawung, seorang pemuda tampan dan sakti dari kayangan, dan Bulan, seorang gadis Dayak yang cantik.

Di situlah, Sahawung turun ke dunia untuk melihat kecantikan Bulan yang tersohor di seluruh negeri. Setelah melihat Bulan, Sahawung langsung jatuh cinta dan melamarnya. “Apapun syaratnya, aku akan memenuhinya,” kata Sahawung kepada keluarga Bulan.

Singkat cerita, mereka langsung menikah dengan pesta yang sangat meriah selama tujuh hari tujuh malam.

Dikatakan Damai, beberapa bulan dan berganti tahun, Sahawung dan Bulan hidup bahagia seperti manusia biasa, berladang, berburu, dan berkebun. Bulan hamil dan melahirkan seorang anak perempuan cantik bernama Muang. Sahawung dan Bulan sangat bahagia dengan kehadiran Muang.

Namun suatu hari, Muang sakit dan tidak bisa disembuhkan, meskipun telah diobati oleh tabib. Sahawung berusaha menghidupkan anaknya dengan pergi mengambil air kehidupan di lereng Bukit Raya. Sebelum berangkat, Sahawung berpesan kepada Bulan untuk tidak menangis dan tidak membiarkan air matanya mengenai tubuh Muang.

Tapi karena sedih, ujar Damai, Bulan tidak bisa menahan air mata dan menetes mengenai tubuh Muang. Ketika Sahawung kembali dengan air kehidupan, dia melihat air mata Bulan mengenai tubuh Muang dan berkata, “Waduh, anak ini tidak bisa ditolong atau dihidupkan kembali karena engkau telah melanggar pantangan yang sudah ku beritahukan kepada mu,” kata Sahawung seperti ditirukan Damai.

Lantas, kisah Damai, Muang meninggal dunia dan dilakukan pemakaman seperti manusia biasa. Sahawung sangat sedih dan berkata kepada Bulan, “Kita berdua ini, dalam menjalani kehidupan banyak mengalami rintangan dan halangan. Aku merasa sedih yang berkepanjangan,” ungkapnya.

Dijelaskan Damai, Sahawung pun memberitahu Bulan bahwa dia harus kembali ke alam kayangan karena mereka berbeda asal usul. “Aku akan pulang menuju alam kayangan, dan aku akan membuat sungai sebagai tanda cinta dan kasih sayangku padamu,” kata Sahawung.

Sahawung memberitahu Bulan bahwa sungai itu akan menjadi pelindung dirinya dari berbagai macam hal yang ada di dunia ini.

“Mandilah dalam sungai itu, maka engkau akan terhindar dari berbagai macam penyakit, iri hati, dengki, perbuatan santet manusia yang ada di alam manusia ini,” kata Sahawung.

Pada hari yang ketujuh, Sahawung berpamitan kepada Bulan dan berangkat menggunakan kesaktiannya. Sahawung mengambil lawung dan melemparkannya ke atas langit, kemudian menghilang dalam sekejab. Bulan sangat sedih dan merindukan Sahawung. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *