Utama

Jadi Tradisi Sakral Bhayangkara di Umur 79 Tahun

1349
×

Jadi Tradisi Sakral Bhayangkara di Umur 79 Tahun

Sebarkan artikel ini
PROSESI SAKRAL: Personel Polri dibantu tokoh adat setempat mengambil air suci pertapaan Tjilik Riwut di Telaga Bawin Kameluh, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Katingan, pekan lalu. FOTO HUMAS POLDA KALTENG

Dari Pengambilan Air Suci Pertapaan Tjilik Riwut di Katingan

Hari Bhayangkara yang juga dikenal sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Kepolisian Negara Republik Indonesia alias Polri, diperingati setiap tanggal 1 Juli. Pada tahun 2025, peringatan ini jatuh pada hari Selasa (1/7/2025), dan menjadi peringatan ke-79 sejak pertama kali ditetapkan.

HARI Bhayangkara diperingati sebagai momen kelahiran Kepolisian Negara Republik Indonesia. Penetapan tanggal ini merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1946, yang menjadi dasar hukum peringatannya.

Momentum ini memiliki nilai sejarah yang mendalam dan menjadi bentuk penghormatan atas peran vital Polri dalam menjaga keamanan serta ketertiban masyarakat.

Di Kalimantan Tengah (Kalteng) khususnya, Polri tidak hanya hadir untuk melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat. Namun korps baju coklat itu juga berperan dalam melestarikan kebudayaan lokal di Tanah Air.

Dalam rangkaian memperingati hari jadi, tradisi pengambilan air suci pun dilakukan. Tepatnya di Telaga Bawin Kameluh, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Katingan, pekan lalu.

Prosesi pengambilan air suci ini merupakan salah satu rangkaian pembinaan tradisi Polri. Memiliki simbol kesucian, kehormatan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya lokal.

Kapolda Kalteng Irjen Pol Iwan Kurniawan menjelaskan, air suci pertapaan Tjilik Riwut tersebut akan digunakan untuk prosesi pencucian pataka Manunggal Karya Jaya, yang merupakan simbol kehormatan Polda Kalteng.

Pada tahun sebelumnya, air suci ini dipergunakan untuk menyiram panji-panji Polri pada peringatan HUT ke-77 Bhayangkara di Mabes Polri, bersama dengan air suci yang lain dari polda-polda se-Indonesia.

“Pemilihan Telaga Bawin Kameluh sebagai lokasi pengambilan air suci bukan tanpa alasan. Lokasi ini dikenal memiliki nilai historis dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat, khususnya Suku Dayak,” ungkap Iwan.

Orang nomor satu di Polda Kalteng ini menambahkan, prosesi pengambilan air dilakukan secara khidmat dan penuh penghormatan.

Air yang diambil kemudian dimasukkan dalam kendi khusus dan dikawal satu regu personel kepolisian sambil membawa bendera Merah Putih sebagai simbol nasionalisme dan penghormatan terhadap tradisi.

“Tradisi ini bukan sekadar seremonial, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal serta penguatan nilai-nilai kebangsaan dan kesatuan dalam tubuh Polri,” ungkap Kabidhumas Polda Kalteng Kombes Pol Erlan Munadji.

Prosesi sakral ini diharapkan menjadi momentum untuk meneguhkan kembali semangat pengabdian Polri kepada masyarakat dan negara, serta mempererat sinergi dengan budaya lokal Kalimantan Tengah. (rdo/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *