Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan atau AI, orang tua kini menghadapi pertanyaan besar, pendidikan seperti apa yang benar-benar dibutuhkan anak agar siap menghadapi masa depan? Dunia kerja berubah cepat, jenis profesi baru muncul, dan karakter menjadi sama pentingnya dengan kemampuan akademik.
Para pendidik menilai bahwa anak-anak tak cukup hanya dibekali kecerdasan kognitif. Mereka memerlukan keberanian berpikir, kepekaan sosial, ketangguhan, rasa ingin tahu, dan kebiasaan membuat keputusan yang tepat.
Warren Wessels, Koordinator IB Diploma Programme di North Jakarta Intercultural School (NJIS) menjelaskan, semua ini tidak lahir dalam semalam, nilai-nilai tersebut harus ditanamkan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah.Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan atau AI, orang tua kini menghadapi pertanyaan besar, pendidikan seperti apa yang benar-benar dibutuhkan anak agar siap menghadapi masa depan? Dunia kerja berubah cepat, jenis profesi baru muncul, dan karakter menjadi sama pentingnya dengan kemampuan akademik.
Para pendidik menilai bahwa anak-anak tak cukup hanya dibekali kecerdasan kognitif. Mereka memerlukan keberanian berpikir, kepekaan sosial, ketangguhan, rasa ingin tahu, dan kebiasaan membuat keputusan yang tepat.
Warren Wessels, Koordinator IB Diploma Programme di North Jakarta Intercultural School (NJIS) menjelaskan, semua ini tidak lahir dalam semalam, nilai-nilai tersebut harus ditanamkan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah.
Warren membagikan sejumlah wawasan penting tentang bagaimana orang tua dapat menyiapkan anak menghadapi dunia yang makin kompleks. Berikut lima prinsip utama yang dapat menjadi pegangan bagi para orang tua.
Menurut Warren, pendidikan masa kini harus menekankan perkembangan identitas, kepercayaan diri, dan kecerdasan emosional. “Pencapaian akademik itu penting, tetapi perkembangan karakter sama pentingnya,” ujar dia melalui keterangannya.
Orang tua dapat berperan dengan menghargai proses, bukan hanya hasil, mencontohkan sikap ingin tahu dan mengajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari belajar. Menurut Warren, anak yang memahami nilai proses akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
Ciptakan Lingkungan yang Aman untuk Bertanya dan Berpendapat
Anak belajar paling efektif dari apa yang mereka lihat setiap hari. Jika suasana rumah dan sekolah mendorong dialog, anak akan terbiasa berpikir kritis.
Tips untuk orang tua, dengarkan pertanyaan anak tanpa menghakimi. Biasakan diskusi ringan di rumah dan ajak anak mempertanyakan ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’. Warren bilang, lingkungan yang aman secara emosional membantu anak lebih berani mengeksplorasi dan mengambil keputusan.
Latih Kemampuan Berpikir Kritis dan Riset sejak Remaja
Pengalaman belajar yang menantang, seperti proyek riset, dapat melatih siswa membaca data, memeriksa sumber, dan membangun argumen. Kurikulum seperti IB menggunakan pendekatan seperti Theory of Knowledge (TOK) atau penulisan esai panjang untuk melatih kemampuan ini, namun orang tua pun bisa menerapkannya di rumah.
Caranya, ajak anak menganalisis informasi sebelum percaya begitu saja dan diskusikan perbedaan budaya, bahasa, atau perspektif. Libatkan mereka dalam proyek kecil seperti meneliti topik yang diminati sebab kemampuan ini akan menjadi fondasi penting di era banjir informasi.
SUMBER : JAWA.POS












