Feature

Selalu Bersyukur dan Menghidupkan Kembali Roh Kota 

21
×

Selalu Bersyukur dan Menghidupkan Kembali Roh Kota 

Sebarkan artikel ini
SESAJEN : Pemangku Agama Hindu Kaharingan menyiapkan sesajen menjelang ritual mamapas lewu di halaman Kantor Disparbudpora Kota Palangka Raya, Rabu (3/12/2025) lalu.IST/RADAR KALTENG

Dari Mamapas Lewu yang Digelar  Disparbudpora Palangka Raya

Di bawah langit yang teduh, halaman Kantor Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kota Palangka Raya  di Jalan Tjilik Riwut Km 2,5 berubah menjadi ruang yang penuh kesunyian bermakna. Aroma janur segar bercampur wangi sesajen. Sementara denting perlengkapan adat terdengar halus saat beberapa petugas sibuk menatanya. Setiap helai janur yang dipilih, setiap persembahan yang diletakkan, seakan berbicara tentang penghormatan lama yang tidak pernah padam. Itu adalah acara adat mamapas lewu.

RICKY THEODORUS, Palangka Raya

RITUAL adat yang digelar pada 3 hingga 5 Desember 2025 ini kembali menyelimuti Kota Palangka Raya dengan nuansa sakral. Sejak Rabu siang, atmosfer di lokasi seolah membawa masyarakat kembali pada akar budaya Dayak, pada keyakinan bahwa sebuah kota punya ‘jiwa’ yang perlu dibersihkan, dipulihkan, dan diberi restu untuk melangkah ke tahun berikutnya.

Di tengah kesibukan persiapan itu, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya Iin Hendrayati Idris tampak ikut memantau jalannya rangkaian kegiatan. Dengan suara pelan namun mantap, ia menceritakan bahwa mamapas lewu bukan sekadar upacara rutin, melainkan sebuah pernyataan kebersamaan.

Prosesi pada Kamis (4/12/2025) diawali dengan ritual balian, kemudian sore hari hingga malam hari dilanjutkan dengan berkeliling kota.

Bagi masyarakat Dayak, mamapas lewu adalah simbol penyucian kampung, atau dalam konteks Palangka Raya, penyucian seluruh kota. Upacara ini dipercaya mampu menyingkirkan energi negatif sekaligus memohon perlindungan, membawa harapan baru menjelang pergantian tahun. Seperti membersihkan rumah sebelum menyambut tamu, masyarakat memaknai ritual ini sebagai langkah menata batin sebelum memasuki babak baru kehidupan.

Sembari tersenyum, Iin berharap masyarakat bisa hidup sejahtera dan semakin kuat, semakin keren tentunya. Seperti jargon Kota Palangka Raya yang semakin keren.

Di balik kesakralannya, mamapas lewu juga menjadi ruang pertemuan antarwarga. Anak-anak yang penasaran, para orang tua yang membawa kenangan masa kecil, hingga generasi muda yang baru mulai memahami akar budayanya, semuanya larut dalam suasana yang sama, yaitu rasa memiliki.

Ritual ini digelar setiap akhir tahun. Begitu juga tahun depan, dan seterusnya. Iin turut mengundang masyarakat untuk menyaksikan prosesi yang berlangsung terbuka. “Desember ini untuk menyambut 2026, nanti Desember 2026 untuk 2027, dan begitu seterusnya. Silakan datang. Ini bentuk dukungan kita bersama dalam menjaga budaya Dayak,” ujar Iin.

Pada prosesi keliling kota yang dilakukan Kamis sore hingga malam, membawa doa dan harapan menyusuri jalan-jalan utama Palangka Raya, sebuah perjalanan simbolik bahwa kota ini, dengan segala hiruk-pikuknya, tetap memiliki ruang untuk hening, syukur, dan penyucian.

Di ujung tahun, mamapas lewu menjadi pengingat, bahwa sebelum melangkah jauh, selalu ada baiknya membersihkan diri dan kota yang kita cintai ini. (ter/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *