Kasus perundungan, tekanan akademik, dan kekerasan, di sekolah masih jadi persoalan dan tantangan pendidikan yang sulit diselesaikan di Indonesia. Dari jenjang dasar hingga menengah, banyak siswa di Indonesia menghadapi lingkungan belajar yang belum sepenuhnya aman secara fisik maupun psikologis.
Padahal, rasa aman dan nyaman adalah fondasi penting bagi tumbuhnya kepercayaan diri. Lebih dari itu, kreativitas serta karakter anak di masa depan juga bisa terbentuk dengan lingkungan pendidikan yang aman dan kondusif.
Di tengah tantangan itu, sejumlah lembaga pendidikan mulai melakukan refleksi dan perbaikan sistem. Salah satunya adalah North Jakarta Intercultural School (NJIS). Mereka menegaskan pentingnya menciptakan ekosistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada nilai akademik, tetapi juga pada well-being siswa dan relasi sosial yang sehat di ruang kelas.
Kepala Sekolah NJIS Ezra Alexander menilai bahwa dunia pendidikan saat ini perlu bergeser dari pendekatan yang menekankan hasil, menuju lingkungan belajar yang menumbuhkan rasa aman, saling menghargai, dan keberanian untuk bertanya.
“Pendidikan yang bermakna hanya tumbuh di lingkungan yang menghargai setiap individu dan menumbuhkan kolaborasi antara siswa, guru, serta orang tua,” ujar dia melalui keterangannya, Senin (3/11).
Dalam konteks pendidikan, keamanan bukan sekadar soal infrastruktur atau protokol keselamatan. Lebih dari itu, dia menyangkut bagaimana anak merasa dilindungi, didengar, dan diterima.
SUMBER : JAWA.POS












