PALANGKA RAYA – Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), menerapkan budidaya bawang merah asal benih biji atau True Shallot Seed (TSS) di lahan pekarangan sebagai sarana edukasi dan upaya mendukung ketahanan pangan daerah di lahan pekarangan UPT Balai Pengembangan Produksi Benih Tanaman Pangan Hortikultura (UPT BPPB-TPH), Jalan Tjilik Riwut Km 3, Palangka Raya, Sabtu (29/10/2025).
Kepala Dinas TPHP Provinsi Kalteng, Rendy Lesmana mengatakan, bahwa pemanfaatan lahan pekarangan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas hortikultura sekaligus mendorong kemandirian pangan masyarakat.
“Kami ingin memastikan setiap lahan yang ada dapat memberikan manfaat optimal, tidak hanya sebagai ruang hijau, tetapi juga sumber produksi pangan bernilai ekonomi. Penerapan teknologi sederhana dan ramah lingkungan, seperti teknologi TSS bawang merah, menjadi acuan dalam setiap tahap budidaya,” ujar Rendy.
Ia menjelaskan, teknologi TSS memiliki keunggulan dibandingkan penggunaan benih umbi, antara lain produktivitas yang lebih tinggi, efisiensi penggunaan benih, serta harga benih yang lebih terjangkau.
Sementara itu, Kepala UPT BPPB-TPH, Isnawati menjelaskan, bahwa penanaman bawang merah di lahan pekarangan merupakan kegiatan percontohan yang bertujuan memberikan edukasi langsung kepada masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa dengan perawatan yang tepat, bawang merah dapat tumbuh subur bahkan di lahan terbatas seperti pekarangan kantor,” tuturnya.
Kegiatan ini, juga melibatkan Pengawas Benih Tanaman, tenaga teknis serta peserta magang dari mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (UPR), siswa SMK Katingan Kuala dan SMK Budi Mulya.
Pihaknya mendapatkan, pembelajaran langsung mengenai teknik budidaya hortikultura dan persemaian benih TSS.
Kepala Seksi Perbanyakan Benih/Bibit Hortikultura, Goalter Zoko menambahkan, bahwa penggunaan benih TSS telah mulai diperkenalkan oleh Kementerian Pertanian. Namun, diperlukan waktu untuk mengubah kebiasaan petani yang masih mengandalkan benih umbi.
“Melalui lahan percontohan ini, masyarakat dapat melihat langsung bahwa benih biji bawang merah dapat tumbuh baik di wilayah perkotaan, seperti Palangka Raya,” jelasnya.
Menurut Goalter, keunggulan benih biji TSS antara lain biaya angkut yang lebih murah, daya simpan hingga dua tahun, ketahanan terhadap penyakit serta tidak membawa virus dan jamur, sehingga penggunaan pupuk menjadi lebih efisien. Pada kegiatan percontohan ini digunakan varietas Sanren F1 dari Panah Merah dengan proses persemaian selama enam minggu sebelum dipindah tanam.
Melalui inovasi teknologi TSS, diharapkan lahan pekarangan di Kalteng dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta menjadi contoh penerapan pertanian berkelanjutan di tingkat rumah tangga. (ifa/abe)












