Ketika SKh Melati Ceria Sampit Ikut Gerakan Literasi
Di ruang kelas sederhana di Sekolah Khusus (SKh) Melati Ceria Sampit, Jalan Wengga Metro Jalur I Nomor 33, Kelurahan Baamang Barat, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, suasana tampak berbeda setiap hari Rabu pagi. Puluhan siswa duduk rapi di bangku masing-masing, pensil di tangan, kertas di depan mereka.
SITI NUR MARIFA, Palangka Raya
DI papan tulis tertulis indah kalimat sederhana “Aku bisa menulis dengan sabar dan rapi”. Kegiatan itu bukan sekadar latihan menulis biasa. Sejak 29 Oktober 2025, sekolah ini menjadi bagian dari gerakan literasi “Pembiasaan Menulis Indah 1 Jam di Hari Rabu” yang digagas oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah.
Bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SKh Melati Ceria Sampit, aktivitas menulis indah menjadi wadah istimewa, tempat mereka belajar melatih tangan, pikiran, dan hati untuk lebih mandiri.
“Menulis indah sangat bermanfaat bagi semua siswa, terutama ABK,” kata Kepala SKh Melati Ceria Sampit Rina Hadiastuti, Kamis (30/10/2025). “Selain meningkatkan keterampilan menulis, kegiatan ini juga melatih kemampuan motorik halus mereka,” tambahnya.
Menurut Rina, banyak siswa di sekolahnya yang memiliki tantangan dalam menggerakkan jari atau memegang pensil dengan stabil. Kegiatan menulis huruf tegak bersambung selama satu jam setiap minggu menjadi semacam terapi alami.
“Dengan menulis, anak-anak belajar mengoordinasikan tangan dan mata, melatih kekuatan otot jari, dan belajar fokus. Semua itu sangat berguna dalam aktivitas sehari-hari, dari mengancingkan baju, memakai alat makan, hingga mengikat tali sepatu,” jelasnya.
Dia menambahkan, latihan sederhana itu perlahan menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian pada diri anak. “Dengan motorik halus yang terlatih, mereka lebih mampu melakukan aktivitas mandiri, sehingga tidak selalu bergantung pada bantuan orang lain,” ungkapnya.
Salah satu siswi kelas VII, Abyra, menunduk serius menulis huruf demi huruf dengan telaten. Dia adalah penyandang tuli yang gemar menggambar dan menulis. Di sela-sela kegiatan, dia menatap hasil tulisannya dengan senyum bangga.
“Menulis indah bikin aku yang tuli bisa ngomong lewat tulisan,” katanya sambil memperlihatkan kertas penuh tulisan rapi.
Baginya, huruf-huruf yang dirangkai dengan sabar bukan sekadar bentuk komunikasi, tetapi juga cara menyalurkan perasaan. “Kalau aku sedih, aku tulis. Kalau senang, aku juga tulis,” ujarnya dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh gurunya.
Sementara itu, Fadil, teman sekelas Abyra, mengaku menulis indah membuatnya lebih fokus dan tenang. “Aku senang kalau nulis. Rasanya kayak belajar sabar,” ucapnya polos.
Bagi para guru, perubahan kecil pada anak-anak itu menjadi kebahagiaan tersendiri. Mereka melihat siswa yang dulunya kesulitan memegang pensil, kini bisa menulis kata demi kata dengan bangga. “Yang paling terasa adalah peningkatan konsentrasi dan kepercayaan diri,” tutur guru pendamping kelas itu.
“Menulis indah mengajarkan mereka tentang ketekunan, kesabaran, dan rasa tanggung jawab terhadap hasil kerja sendiri,” jelasnya.
Program ini juga menjadi sarana membangun karakter siswa, membiasakan mereka untuk mencintai proses, bukan hanya hasil. Anak-anak belajar bahwa setiap goresan memiliki nilai, dan setiap usaha pantas diapresiasi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng Muhammad Reza Prabowo menegaskan, literasi menulis indah ini bukan hanya tentang estetika huruf, tetapi juga tentang pendidikan karakter.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan nilai kedisiplinan, keindahan, dan konsentrasi dalam diri peserta didik,” terangnya. “Menulis indah membentuk karakter sabar, fokus, dan cinta terhadap proses belajar,” jelasnya.
Ia berharap, kolaborasi antara pemerintah dan sekolah seperti SKh Melati Ceria dapat menjadi contoh nyata bahwa literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi juga tentang membentuk manusia yang utuh, cerdas, mandiri, dan berkarakter.
Ketika bel tanda istirahat berbunyi, Abyra dan teman-temannya dengan hati-hati merapikan kertas mereka. Di atas meja, deretan tulisan tegak bersambung tampak berjejer rapi, hasil kerja keras satu jam penuh.
Bagi banyak orang, mungkin itu hanya barisan huruf. Namun bagi anak-anak di SKh Melati Ceria Sampit, setiap huruf adalah langkah kecil menuju kemandirian.
Dan di balik setiap goresan pena mereka, tersimpan harapan besar, bahwa dengan kesabaran dan cinta belajar, semua anak tanpa terkecuali bisa menulis kisah indahnya sendiri. (ifa/ens)

 
									










