Davina Karamoy berbagi pengalaman pribadinya saat masih duduk di bangku SMP. Ia mengaku pernah dibenci oleh satu sekolah selama tiga angkatan dalam podcast yang tayang di kanal YouTube @Fadi Iskandar dengan judul ‘Davina Karamoy: Dari Dulu Sampe Sekarang Dikatain ‘Pelakor’, Padahal aslinya Korban Pelakor!’.
“Jadi emang dari SMP aku pernah dibenci satu sekolah loh,” ungkap Davina. Fadi Iskandar pun tampak kaget dan menjawab, “Hah?” Davina menegaskan, “Tiga angkatan.” Fadi kembali memastikan, “Yes. Satu sekolah tiga angkatan.”
Davina menjelaskan, ia bersekolah di sekolah Katolik dengan jumlah siswa per angkatan sekitar 50 orang. Awalnya hubungannya dengan teman-teman baru baik-baik saja, dan Davina aktif mengikuti kegiatan basket. Namun, beberapa kakak kelas mulai mengirim pesan kepadanya, namun dari pesan tersebut menimbulkan kesalahpahaman.
“Maksudnya SMP. Aku kan sekolahnya ada yang dari, SD, SMP, SMA. Dan itu waktu awal masuk SMP, kelas pada baik. Karena kan emang aku dulu sekolah Katolik, yang satu angkatan paling banyak tuh 50 orang. Jadi kita kenal adik kakak kelas. Awal-awalnya masih baik-baik dan aku ikut basket. Lama-lama ada kakak kelas yang nge-chat aku,” tutur Davina.
Davina mengisahkan bahwa beberapa kakak kelas, yang ternyata semuanya perempuan, mulai merasa kesal padanya karena pesan yang mereka kirim kepada Davina terkait cowok-cowok di sekolah. Akhirnya, ia menjadi sasaran kebencian dan bullying dari beberapa teman sekelasnya.
“Akhirnya, mereka semua pada cewek. Si anak SD yang baru masuk SMP ini kan enggak tahu pacarnya siapa aja. Oke, ketahuanlah. Dan itu yang ngechat nggak cuma satu cowok, emang ada beberapa. Mereka ternyata temanan juga. Akhirnya cewek-ceweknya mereka kesal sama saya. Jadinya aku dibenci dan dulu tuh aku dibully di ASFM,” jelasnya.
Meskipun menjadi korban bullying, Davina mengaku tetap cuek dan tidak takut. Ia mengingat saat di ruang prakarya kelas 9, beberapa kakak kelas menyinggungnya dengan kata-kata seperti, “Eh, ada cabe-cabean.” Ia menanggapi dengan santai tanpa menunjukkan rasa takut atau marah.
Davina juga berbagi pengalaman mengenai julukan yang menempel padanya, termasuk dicap sebagai “pelakor” oleh teman-teman sekelasnya. “Dari dulu ternyata gua udah dicap pelakor pokoknya,” katanya. Namun, ia menegaskan bahwa pada dasarnya ia hanyalah korban kesalahpahaman, bukan pelaku.
Ia menambahkan, selama masa sekolah, ia jarang menceritakan kejadian bullying itu kepada orang tua atau kakaknya. Ia memilih untuk bersikap cuek dan menghadapi semuanya sendiri. “Aku enggak cerita ke mama, enggak cerita ke kakak aku,” ungkapnya.
Pada satu momen, kakaknya yang bernama Sandri akhirnya mengetahui kondisi yang dialami Davina. Sandri kemudian mengambil tindakan tegas terhadap teman yang mengganggu adiknya.
“Pas pulang sekolah, kakakku nyamperin tuh orang sama temannya. Lu apain adik gue? Enggak ngapa-ngapain? Akhirnya kakakku tonjoklah dia karena enggak mau ngaku,” ujar Davina.
Davina menegaskan, setelah peristiwa itu, teman-temannya meminta maaf dan situasi perlahan membaik. “Teman aku sudah minta maaf sama aku. Aku udah mikir ini clear,” katanya. Meskipun begitu, pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam dan membentuk sikapnya sampai saat ini.
SUMBER : JAWA.POS

 
									










