Melihat Dapur Jamu Riska Buatan Sartika
Di tengah maraknya tren minuman kekinian, tak banyak yang melirik kembali ke akar budaya minuman tradisional Indonesia. Seperti jamu. Namun seorang perempuan asal Kalimantan Tengah, Sartika, justru menjadikan tradisi tersebut sebagai pijakan untuk menciptakan inovasi.
SITI NUR MARIFA, Palangka Raya
LEWAT merek Dapur Jamu Riska, dia membawa jamu masuk ke ranah yang lebih modern, baik dari segi rasa, kemasan, hingga cara konsumsi.
Didirikan sejak tahun 2018, Dapur Jamu Riska lahir dari kebiasaan sederhana, kecintaan Sartika dan keluarganya pada jamu. Bukan hanya sebagai minuman kesehatan, namun sebagai bagian dari gaya hidup.
“Kita memang suka minum jamu. Racik sendiri di rumah. Lalu muncul ide, kenapa nggak dibikin kemasan yang lebih praktis dan kekinian,” ujar perempuan berusia 31 tahun ini, Kamis (9/10/2025).
Kini, Dapur Jamu Riska dikenal sebagai produsen jamu botol dan jamu serbuk instan dengan berbagai varian. Mulai dari kunyit asam, kunyit sirih, temulawak, beras kencur, hingga kombinasi yang unik seperti sirih majakan dan pinang. Tak hanya segar diminum, jamu-jamu ini juga menawarkan khasiat untuk daya tahan tubuh, metabolisme, dan mengatasi pegal-pegal.
Kemasan menjadi perhatian penting. Tak lagi dijajakan oleh ibu-ibu gendong seperti masa lalu, jamu buatan Sartika hadir dalam botol modern dengan label menarik. “Kalau dulu harus nunggu jamu gendong lewat depan rumah, sekarang tinggal ambil dari kulkas,” ujarnya sambil tertawa.
Tak berhenti di situ, Sartika juga merespons kebutuhan konsumen yang dinamis. Bagi mereka yang sibuk dan sering bepergian, jamu dalam bentuk serbuk instan jadi solusi. “Serbuk ini bisa diseduh kapan saja. Tahan sampai satu tahun. Jadi lebih fleksibel,” katanya.
Rasa jamu serbuk pun disesuaikan. Lebih ringan dan sedikit manis agar tetap bisa diterima lidah modern tanpa kehilangan khasiatnya.
Nama Riska sendiri diambil dari gabungan nama Sartika dan anaknya. Bukan nama dirinya seperti banyak orang kira. Baginya, Dapur Jamu Riska bukan sekadar bisnis. Ini adalah bagian dari usaha keluarga, sekaligus wujud pemberdayaan lingkungan sekitar.
“Kita fokus di sini. Selain ibu rumah tangga, saya jalani ini sepenuh hati. Harapannya bisa terus berkembang dan bermanfaat. Bukan cuma buat kami, tapi juga untuk masyarakat,” ujarnya.
Produk Dapur Jamu Riska kini dapat ditemukan di beberapa titik di Palangka Raya, Bonsip, dan Tahu Basok Ijo. Untuk penjualan daring, mereka juga aktif di Instagram dan Facebook dengan akun @dapurjamuriska. Konsumen bahkan bisa langsung memesan lewat WhatsApp di nomor 0816-4948-2586.
Dengan legalitas lengkap, termasuk sertifikat PIRT dan halal, Dapur Jamu Riska menjadi bukti bahwa jamu tradisional masih relevan. Bahkan bisa menjadi bagian dari tren baru. Tradisional yang tidak ketinggalan zaman. “Ini bukan sekadar minuman warisan. Ini inovasi rasa tradisional, yang lahir dari dapur kami untuk semua kalangan,” tutup Sartika. (ifa/ens)












