Isen MulangKalimantan Tengah

Hadapi Kendala Lahan, Prioritaskan Cetak Sawah Ramah Lingkungan

121
×

Hadapi Kendala Lahan, Prioritaskan Cetak Sawah Ramah Lingkungan

Sebarkan artikel ini
SAMBUTAN: Wagub Kalteng, Edy Pratowo menyampaikan sambutan, Rabu (8/10/2025).Foto: IST

PALANGKA RAYA – Wakil Gubernur (Wagub) Kalimantan Tengah (Kalteng), Edy Pratowo mengungkapkan, sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program cetak sawah di wilayahnya. 

Meski demikian, Ia menegaskan, bahwa pemerintah provinsi tetap berkomitmen menyukseskan program ketahanan pangan nasional dengan pendekatan yang adaptif dan ramah lingkungan.

Dalam pernyataannya saat menjadi narasumber di CNN Indonesia, Rabu (8/10/2025), Edy menyebut bahwa dari target seluas 71.000 hektare, sebanyak 22.000 hektare lahan telah dibuka. Namun, tidak semua lahan dapat langsung digarap karena kondisi geografis dan teknis yang tidak memungkinkan.

“Lahan yang tidak bisa digarap tentu tidak akan dipaksakan. Kita juga mempertimbangkan aspek ekosistem dan kearifan lokal,” jelas Edy.

Menurutnya, hal ini menjadi tantangan utama di lapangan, di mana kondisi tanah, tata air, serta karakteristik lingkungan memerlukan penanganan khusus agar program tidak merusak alam sekitar. Karena itu, Pemprov Kalteng menerapkan pendekatan selektif dan berkelanjutan.

Untuk percepatan realisasi program, pelibatan pihak ketiga menjadi strategi yang ditempuh. Pihak ketiga membantu membuka lahan-lahan potensial yang secara teknis memungkinkan untuk dijadikan sawah produktif.

“Kita terus berjalan. Sisanya akan dilaksanakan oleh teman-teman pihak ketiga. Ini semua dilakukan dengan tetap memegang prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan lahan,” ungkap Edy.

Ia menegaskan, meski progres belum 100 persen, Pemprov tidak menargetkan kuantitas semata, tetapi juga kualitas lahan yang bisa berkontribusi nyata terhadap produksi pangan nasional.

Edy Pratowo juga menyampaikan bahwa pendekatan berkelanjutan menjadi bagian penting dalam mewujudkan swasembada pangan yang tidak merusak lingkungan dan tetap mengakomodasi nilai-nilai lokal masyarakat Dayak dan penduduk setempat.

“Kita ingin memastikan bahwa apa yang kita kerjakan hari ini tidak akan menjadi masalah di masa depan. Ekosistem tetap dijaga, kearifan lokal tetap dihormati,” pungkasnya. (ifa/abe)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *