Utama

SPPG Kalteng Sebut Insiden MBG Bukan Keracunan

17
×

SPPG Kalteng Sebut Insiden MBG Bukan Keracunan

Sebarkan artikel ini
Foto: Elisa Agustino

PALANGKA RAYA – Dugaan keracunan yang dialami 27 murid SDN 3 Bukit Tunggal, Kota Palangka Raya, setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG) masih dalam tahap investigasi.

Koordinator Satuan Tugas Pemberian Pangan Gizi (SPPG) Kalimantan Tengah (Kalteng) Elisa Agustino menegaskan, belum ada kesimpulan resmi mengenai penyebab pasti dari insiden tersebut.

“Perlu kami luruskan, bahwa belum bisa dipastikan ini adalah kasus keracunan makanan. Saat ini, kami masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel makanan yang diduga menyebabkan gejala pada siswa,” kata Elisa dalam keterangannya, Selasa (30/9/2025).

Menurut dia, penggunaan istilah keracunan harus berhati-hati karena memiliki makna spesifik, biasanya terkait zat kimia berbahaya. “Kalau kita berbicara keracunan, itu biasanya karena zat kimia seperti pestisida atau bahan beracun lainnya. Sementara dalam kasus-kasus seperti ini, umumnya yang terjadi adalah gangguan akibat bakteri, virus, atau mikroorganisme lain. Jadi kita tunggu hasil dari Dinas Kesehatan untuk mengetahui sumber pastinya,” tambahnya.

Elisa juga menyampaikan apresiasi kepada pihak sekolah yang telah bertindak cepat sesuai prosedur operasional standar (SOP). Begitu mengetahui adanya keluhan dari siswa, sekolah langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa para murid ke puskesmas dan rumah sakit terdekat.

“Respons dari sekolah sudah sangat baik. Mereka langsung sigap memberikan bantuan awal, seperti memberikan susu steril, dan segera menghubungi pihak medis. Itu adalah SOP kami, setiap laporan harus ditangani secepat mungkin tanpa menunggu gejala menjadi berat,” ungkapnya.

Terkait penyelidikan lebih lanjut, pihak SPPG menyatakan telah menyerahkan sampel makanan ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Hasil dari pengujian ini akan menjadi dasar untuk menentukan apakah terjadi pencemaran dan dari mana sumbernya.

“Dengan uji laboratorium, kita bisa mengetahui apakah makanan terkontaminasi, dan kalau iya, oleh apa. Apakah karena bakteri dari bahan baku, proses pengolahan, atau dari faktor lain. Ini penting agar penanganannya tidak spekulatif,” ujarnya.

Elisa menegaskan, program MBG dijalankan secara masif di seluruh Indonesia, dengan pengawasan yang ketat.  Saat ini, terdapat sekitar 9.800 dapur MBG yang telah melayani lebih dari 27 juta porsi makanan.

Sebagai informasi, untuk wilayah Kalteng, program ini telah menyentuh sekitar 105.000 penerima manfaat, dan khusus di Kota Palangka Raya, terdapat lebih dari 50.000 anak yang terlayani. (ifa/rdo/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *