PeristiwaUtama

27 Murid SD di Palangka Raya Keracunan

196
×

27 Murid SD di Palangka Raya Keracunan

Sebarkan artikel ini
Achmad Zaini Wakil Wali Kota Palangka Raya
  • Diduga dari Makanan Program MBG
  • Laporan Sementara dari Penggunaan Saus Kedaluwarsa

PALANGKA RAYA – Kasus 27 murid sekolah dasar (SD) di Palangka Raya yang diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program makan bergizi gratis (MBG) membuka mata banyak pihak tentang pentingnya standar pengelolaan dan distribusi pangan dalam program ini.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya Jayani menyebut, laporan sementara mengarah pada penggunaan saus kedaluwarsa di salah satu dapur penyedia MBG di wilayah Bukit Tunggal. Namun investigasi menyeluruh masih terus dilakukan.

“Ada laporan dari puskesmas, sekitar dua minggu ini ada (kejadiannya). Yang saya dengar itu ada 27 siswa SD. Laporan ini datang dari kepala sekolah, orang tua siswa, hingga tenaga kesehatan,” kata Jayani saat ditemui di Kantor Wali Kota Palangka Raya, Senin (29/9/2025).

Jayani mengatakan, dari laporan sementara menyebut, keracunan dipicu oleh penggunaan saus yang sudah kedaluwarsa pada salah satu dapur MBG. “Dapurnya beroperasi di Jalan Tjilik Riwut Kilometer 8. Bahan sausnya yang kedaluarsa itu disebut-sebut sebagai penyebab keracunan,” tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Wali Kota Palangka Raya Achmad Zaini menegaskan, pihaknya masih mendalami laporan tersebut. “Sementara ini, kalau secara kolektif detailnya belum ada. Yang muncul baru kasus-kasus parsial. Tapi ini tetap perlu diselidiki, apakah memang keracunan dari MBG atau faktor lain” ujar Zaini.

Zaini menyebut, Pemko Palangka Raya telah mengambil langkah antisipasi dengan melibatkan Dinas Kesehatan. Inspeksi langsung dilakukan ke sejumlah dapur penyedia makanan MBG.

“Harus ditelusuri dulu penyebab keracunan. Bisa saja dari dapurnya, proses pengantaran logistik, atau saat jeda penyimpanan di sekolah. Wilayah kita ini tropis, panas dan lembab. Kalau makanan terlalu lama dibiarkan, mudah basi dan terkontaminasi bakteri,” jelasnya.

la menambahkan, dapur penyedia MBG sejauh ini memenuhi standar. Namun, titik rawan justru ada pada distribusi makanan ke sekolah. “Kalau makanan sudah keluar dari dapur, itu standar. Tapi saat pengantaran, jangan sampai terlalu jauh. Begitu sampai sekolah harus segera dikonsumsi. Kalau dibiarkan lama, apalagi tidak pada suhu yang direkomendasikan, potensi basi besar sekali,” katanya.

Untuk mencegah kejadian serupa, Pemko Palangka Raya menginstruksikan Dinas Kesehatan memperketat pengawasan dapur MBG sekaligus meningkatkan sosialisasi kepada relawan, kepala dapur, dan ahli gizi.

“Makanan MBG harus diperlakukan sesuai standar sejak dari dapur hingga ke piring siswa. Tidak boleh ada kelalaian, karena menyangkut kesehatan anak-anak,” tegasnya.

Kasus ini diharapkan menjadi evaluasi serius agar program MBG tidak hanya bergizi, tetapi juga aman dan higienis. (rdo/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *