Dari Hobi Menjadi Ladang Rezeki
Di antara lalu lalang warga yang berolahraga dan berjalan santai di arena Car Free Day, ada satu sudut yang mencuri perhatian. Bukan makanan atau kerajinan tangan, melainkan deretan tanaman anggrek dengan warna dan bentuk yang memikat hati.
SITI NUR MARIFA, Palangka Raya
DI balik lapak sederhana itu, berdiri sosok Chandra Ardinata (37), pemilik Rumah Anggrek Arsyila, yang menjadikan hobinya merawat anggrek sebagai sumber penghasilan utama.
Awalnya, dunia tanaman hias bukanlah ladang usaha bagi pria yang juga berprofesi sebagai konsultan ini. Semuanya berawal dari rasa suka dan ketertarikan pribadi terhadap keindahan anggrek.
“Kami mulai dari hobi, dari kesenangan. Karena kalau sudah senang, mengurus tanaman itu nggak terasa capek. Justru bikin rileks,” ujar Chandra sambil merapikan susunan pot anggrek di lapaknya, Minggu (21/9/2025).
Rumah Anggrek Arsyila yang dirintisnya tumbuh dari halaman rumah biasa. Perlahan tapi pasti, koleksi anggreknya bertambah dan mulai menarik perhatian para pecinta tanaman. Setelah mendapat sambutan positif dari lingkungan sekitar, ia mulai memberanikan diri membuka toko dan kebun anggrek di kawasan Jalan Yos Sudarso 6, Palangka Raya.
Namun Chandra tak hanya menunggu pelanggan datang ke tokonya. Ia aktif membawa koleksi anggreknya ke ruang publik, seperti Car Free Day. Baginya, momen mingguan ini adalah kesempatan untuk lebih dekat dengan masyarakat.
“Alhamdulillah, minat masyarakat lumayan tinggi. Khususnya para pecinta anggrek, pasti mampir ke lapak kami. Banyak juga yang baru tahu ternyata ada anggrek lokal dan hibrida di Palangka Raya,” katanya.
Di lapaknya, Chandra memamerkan berbagai jenis anggrek, baik lokal Kalimantan seperti anggrek hitam, anggrek madu, dan anggrek mutiara, maupun anggrek hibrida yang berwarna cerah dan menarik mata. Tak sedikit warga yang berhenti, sekadar bertanya atau bahkan langsung membeli.
“Kalau anggrek hibrida biasanya lebih disukai warga lokal karena warnanya cerah. Tapi kalau orang luar Kalimantan justru lebih tertarik pada anggrek lokal seperti anggrek hitam,” tambahnya.
Harga anggrek yang ia jual pun bervariasi. Mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 1.000.000. Tergantung jenis dan usianya. Selain anggrek, ia juga menjual media tanam seperti pakis, arang, moss, sabut kelapa, serta pot-pot khas seperti pot sabut dan pot ulin.
Apa yang membuat usaha ini bertahan hingga kini? Menurut Chandra, kuncinya adalah cinta terhadap tanaman. “Karena dari hobi itu kita senang dulu. Kalau sudah senang, kita rawat dengan sepenuh hati. Dari situ, tanaman juga akan tumbuh sehat dan pembeli pun puas,” tuturnya dengan senyum.
Kini, setelah lebih dari delapan tahun menekuni usahanya, Chandra tak hanya menjadi penjual anggrek. Ia juga menjadi inspirasi bahwa sebuah hobi, jika ditekuni dengan serius, bisa menjadi ladang rezeki yang membawa berkah.
Lapak Rumah Anggrek Arsyila bisa dijumpai di Car Free Day Palangka Raya setiap minggu pagi. Untuk informasi lebih lanjut atau pemesanan, Chandra dapat dihubungi di nomor: 0811 52 91 919. (ifa/ens)