Feature

Tekun dan Sabar, Bisa Menyekolahkan Anak hingga Sarjana

91
×

Tekun dan Sabar, Bisa Menyekolahkan Anak hingga Sarjana

Sebarkan artikel ini
LAYANI PEMBELI: Mbah Nadikan melayani pembeli bakso Rp 5.000 di tempat mangkalnya, Jalan Mendawai, Kota Palangka Raya, Minggu (7/9/2025). RIIFA/RADAR KALTENG

Mba Nadikan, Penjual Bakso Rp 5.000 di Jalan Mendawai

Di antara hiruk pikuk warga dan kendaraan di Jalan Mendawai, Kota Palangka Raya, berjejer sejumlah pedagang kaki lima. Salah satunya motor bakso sederhana yang tak pernah sepi pembeli. Dari sanalah kisah perjuangan seorang pria sepuh berusia 93 tahun bermula. Dialah Mbah Nadikan, sosok yang dikenal warga sebagai penjual bakso Rp 5.000 yang ramah dan penuh ketekunan.

SITI NUR MARIFA, Palangka Raya

MBAH Nadikan telah berjualan sejak tahun 1995. Dengan bahan baku utama daging ayam, ia memilih menjual bakso dengan harga murah agar semua kalangan bisa menikmati. “Biar masyarakat kecil sampai orang mampu bisa beli. Yang penting orang bisa makan enak tanpa mahal,” ujarnya lirih dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, Minggu (7/9/2025).

Di tengah harga kebutuhan pokok yang terus naik, keputusan Mbah Nadikan untuk tetap menjual bakso Rp 5.000 adalah hal langka.

 Namun baginya, keberkahan tidak selalu diukur dari tingginya keuntungan. Setiap hari, rata-rata 700 cup bakso habis terjual. Jumlah itu sudah cukup untuk menghidupi keluarga dan mewujudkan mimpi besarnya, menyekolahkan anak-anaknya. “Alhamdulillah, rezeki tidak pernah putus. Asal sabar, tekun, pasti cukup,” akuinya.

Kesuksesan Mbah Nadikan bukan datang secara instan. Dengan kedisiplinan tinggi, ia selalu menyisihkan 35 persen dari pendapatan hariannya untuk ditabung. Dari kebiasaan itu, tiga dari empat anaknya berhasil menapaki bangku perguruan tinggi dan lulus sarjana.

Bagi Mbah Nadikan, pendidikan adalah warisan paling berharga yang bisa ia berikan kepada anak-anaknya. “Saya tidak punya harta banyak, tapi dengan sekolah tinggi, anak-anak bisa mandiri. Itu cita-cita saya sejak dulu,” ujarnya.

Meski usianya sudah senja, semangat Mbah Nadikan untuk bekerja tidak pernah luntur. Setiap hari ia tetap berjualan, hanya mengambil satu hari libur dalam sepekan. Hari libur itu pun ia tentukan sendiri, sesuai kondisi tubuhnya.

Bagi Mbah Nadikan, rahasia tetap kuat bekerja di usia tua adalah kesabaran, ketekunan, dan disiplin. Nilai-nilai itu ia pegang teguh dalam menjalani hidup. “Kalau tidak sabar, orang bisa cepat putus asa. Kalau tidak tekun, usaha bisa berhenti di tengah jalan. Kalau tidak disiplin, rezeki bisa habis tanpa bekas,” pesannya.

Kisah Mbah Nadikan adalah cermin bahwa kegigihan dan kerja keras mampu mengalahkan keterbatasan. Dari motor bakso sederhana, ia membuktikan bahwa cita-cita mulia bisa tercapai, sekalipun dimulai dari sesuatu yang kecil.

Kini, bakso Rp 5.000 buatan Mbah Nadikan bukan hanya makanan murah meriah yang digemari warga, tetapi juga simbol perjuangan seorang ayah yang tidak pernah menyerah demi masa depan anak-anaknya. “Selama masih kuat, saya akan terus jualan. Hidup harus diisi dengan kerja keras dan doa,” ucapnya. (ifa/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *