Seorang pria Jepang berusia 38 tahun dengan nama samaran Hajime jadi sorotan setelah menawarkan layanan donasi sperma dengan cara yang tak biasa: berhubungan seks langsung dengan kliennya.
Selain itu, ia juga menyediakan opsi inseminasi tanpa seks menggunakan spermanya.
Hajime, seorang pekerja kantoran yang tinggal di kota pelabuhan Osaka, mulai menekuni “jalan” ini setelah menerima permintaan putus asa dari seorang teman kampus lima tahun lalu, dilansir dari SCMP, Rabu (20/8/2025).
“Teman saya bilang dia tidak punya sperma dan tidak bisa punya anak dengan istrinya, lalu dia meminta saya untuk tidur dengan istrinya dan membuatnya hamil,” kata Hajime kepada Kansai TV.
Meski awalnya “sangat terkejut”, setelah mencari tahu soal kondisi itu dan menyadari banyak orang menghadapi masalah serupa, Hajime akhirnya menyetujui permintaan tersebut.
Beberapa hari kemudian, ia membantu secara gratis.
Anak tersebut pun lahir pada tahun berikutnya.
“Terus terang, melihat anak itu lahir memberi saya perasaan campur aduk, tapi orang tua teman saya ternyata sering bilang mereka ingin cucu. Jadi, dia sangat bahagia dan berterima kasih kepada saya,” ujarnya.
Banyak Diminati
Wanita maskulin sering menjadi sosok yang diandalkan dalam suatu kelompok/copyright pexels/SHVETS production
Melihat kebahagiaan temannya, Hajime lalu membuka akun media sosial untuk menawarkan jasanya secara anonim.
Untuk meyakinkan calon klien, ia rutin mengunggah hasil tes penyakit menular tiap bulan meski biayanya mencapai sekitar 11.700 yen (Rp 1,2 juta).
Ia juga membagikan ijazah universitasnya untuk membuktikan latar belakang dan integritasnya.
Hajime tidak menarik biaya, hanya meminta penggantian ongkos perjalanan.
Ia juga menegaskan tidak menandatangani kontrak apa pun, serta tidak akan mengklaim hak sebagai ayah atau tanggung jawab finansial atas anak yang lahir.
Hingga kini, ia menerima lebih dari 20 permintaan dan berhasil membantu tujuh wanita hamil, dengan empat di antaranya sudah melahirkan.
Awalnya ia mengira kebanyakan klien adalah pasangan infertil seperti temannya.
Namun ternyata mayoritas justru pasangan sesama jenis perempuan, disusul perempuan lajang yang ingin punya anak tanpa menikah.
Bagi banyak orang, jasa Hajime dianggap sebagai “harapan yang lebih sederhana” di tengah ketatnya aturan hukum Jepang soal perawatan kesuburan untuk perempuan lajang dan pasangan sesama jenis.
Menuai Pro Kontra
Praktik ini berada di wilayah abu-abu hukum, karena Jepang belum memiliki aturan yang secara khusus melarang donasi sperma privat atau promosinya di internet.
Meski menuai kontroversi, Hajime menegaskan motivasinya bukan uang.
“Ketika saya melihat klien hamil dan melahirkan, saya merasa sangat puas, seolah saya telah memberi kontribusi bagi masyarakat, dan itu motivasi terbesar saya untuk terus melanjutkan,” ujarnya..
Kisahnya memicu diskusi hangat secara online, terutama di Tiongkok.”Tanpa catatan resmi, ada risiko pernikahan bermasalah di masa depan. Itu masalah sebenarnya,” tulis seorang warganet.
“Permintaannya jelas ada, jadi bukankah hukum dan regulasi seharusnya mengikuti perkembangan zaman?” tulis warganet lain.
Oleh : Indra Cahya Vanleon
Sumber : liputan6.com