PALANGKA RAYA – Kegiatan restocking atau penebaran kembali benih ikan ke habitat alaminya kini tidak lagi dipandang semata sebagai upaya meningkatkan stok ikan untuk konsumsi. Lebih dari itu, restocking mulai diakui sebagai strategi penting dalam menjaga keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem perairan di Kalimantan Tengah (Kalteng).
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi Kalteng, Sri Widanarni, menyampaikan, pemilihan lokasi restocking harus mempertimbangkan fungsi ekologis suatu kawasan, seperti sungai, danau, hingga wilayah pesisir. Menurutnya, langkah ini berperan besar dalam memulihkan ekosistem yang terdegradasi akibat aktivitas manusia.
“Misalnya, di sungai, penebaran benih ikan air tawar seperti patin atau baung bukan hanya meningkatkan populasi ikan, tapi juga memperkuat rantai makanan alami dan menstabilkan populasi predator serta mangsanya,” jelas Sri, Rabu (13/8/2025).
Dia menekankan, bahwa perairan seperti danau dan waduk pun memiliki peran penting sebagai penyangga ekosistem lokal. Selain memperkaya keanekaragaman hayati, restocking di lokasi ini juga mendukung keseimbangan kualitas air dan menekan potensi ledakan populasi spesies invasif.
Restocking di kawasan pesisir seperti mangrove dan estuari, bahkan memiliki dampak ganda. Tak hanya mendukung keberlangsungan spesies ikan laut, kawasan ini juga melindungi pantai dari abrasi dan menjadi rumah bagi berbagai spesies biota laut di fase awal kehidupannya.
“Kalau restocking dilakukan di area mangrove, itu berarti kita juga sedang menanam investasi untuk masa depan pesisir. Banyak nelayan tradisional menggantungkan hidup dari keberadaan kawasan ini,” ungkapnya.
Sri menambahkan, pihaknya terus mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat dan akademisi untuk menjadikan restocking sebagai bagian dari upaya konservasi terpadu.
“Restocking bukan sekadar menebar benih, tapi menanam harapan bagi ekosistem yang lebih sehat dan berkelanjutan,” tutupnya. (ifa/abe)