Feature

Dikerjakan Romusadari Kalimantan dan Sulawesi

179
×

Dikerjakan Romusadari Kalimantan dan Sulawesi

Sebarkan artikel ini
Dikerjakan Romusa dari Kalimantan dan Sulawesi
DOKUMEN PRIBADI LUBANG JAPANG : Penulis saat berada di pintu masuk Lubang Japang atau terowongan bawah tanah di Bukit Tinggi, Provinsi Sumatera Barat, beberapa waktu lalu.

Mengunjungi Bunker Peninggalan Jepang di Bukit Tinggi (1)

Salah satu peninggalan tentara Jepang di Indonesia adalah bunker pertahanan yang berada di Bukit Tinggi Sumatera Barat. Bunker ini untuk tempat tinggal sekaligus penyimpanan senjata.

Suyanto, PALANGKA RAYA

MINGGU lalu, wartawan koran ini berkesempatan mengunjungi sejumlah kota di Provinsi Sumatara Barat. Salah satunya Bukit Tinggi. Selain terkenal dengan peninggalan Rumah Gadangnya, di daerah itu juga terdapat sebuah bunker peninggalan tentara Jepang semasa menjajah negeri ini. Termasuk di Sumatera Barat.

Masyarakat Bukit Tinggi menyebut bunker itu Lubang Japang. Bunker ini dibangun pada tahun 1942 sampai 1945 oleh Jepang. Fungsinya untuk perlindungan dan pengintaian tentara Jepang terhadap musuh, terutama tantara dan penduduk Indonesia.

Meskipun yang membangun tantara Jepang, tapi para pekerjanya adalah warga Indonesia, yang sering disebut romusa. Mereka didatangkan dari Sulawesi, Jawa, dan juga Kalimantan. Tidak ada penduduk lokal yang dilibatkan tantara Jepang untuk membangun bunker.

“Orang Sumatera termasuk warga Bukit Tinggi, membikin bunker di daerah lain. Seperti di Bandung atau Jakarta,” kata Hendra, pemandu Lubang Japang.

Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan perlindungan untuk kepentingan pertahanan. Panjangnya sekitar 1.400 meter, kedalamanya 94 meter, lebar 2 meter dan berkelok-kelok serta memiliki 21 terowongan di bawah tanah. Terdapat  sejumlah ruangan khusus dalam bunker itu. Diantaranya ruang pengintaian, ruang pertemuan, ruang penyergapan, ruang penjara atau ruang penyiksaan, dapur dan gudang amunisi.

“Pada saat ditemukan pertama kali, di ruang pertemuan itu masih terdapat sejumlah kursi dan meja,” ucap Hendra.

Untuk menggali lubang itu diperkirakan memerlukan ratusan, bahkan ribuan tenaga kerja romusa yang didatangkan dari daerah Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Dipilihnya tenaga kerja dari luar daerah Sumatera merupakan stretegi tentara Jepang untuk menjaga kerahasiaan keberadaan bunker tersebut. Sementara tenaga kerja lokal Sumatera dikerahkan untuk membangun terowongan di daerah lain. Seperti di Bandung, Pulau Biak dan daerah lainya di wilayah Indonesia.

Dalam membuat terowongan itu, tidak sedikit warga pribumi yang jatuh sakit. Bahkan meninggal dunia. Karena minimnya fasilitas pendukung. Seperti makan, minuman dan obat-oabatan.

Saat ditemukan pertama kalinya, dalam terowongan itu terdapat tulang belulang manusia. Bahkan di ruang penjara atau penyiksaan masih tercium bau anyer darah dan bangkai.

“Untuk menghilangkan bau bangkai dan anyer, dinding terowongan itu tembok yang cukup tebal. Sementara tulang belulangnya dipindahkan ke Makam Taman Pahlawan. Nanti saat mengunjungi ruang penjara, akan terlihat tembok untuk menutupi bau anyer,” ungkapnya.

Sebagai pertanda bahwa terowongan itu dibangun semasa pendudukan Jepang di Sumatera Barat, pemerintah setempat membangun patung tentara Jepang dari perunggu. Patung itu terletak di depan terowongan. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *